Menuju Generasi Emas Kabupaten Mojokerto: Mengatasi Stunting dan Pernikahan Dini
-Baca Juga
Kabupaten Mojokerto, dengan visi yang jauh ke depan, tengah berupaya keras membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mudanya. Upaya ini difokuskan pada dua isu krusial yang saling berkaitan: pencegahan stunting dan pencegahan pernikahan dini. Kedua isu ini, jika dibiarkan, akan menghambat perkembangan dan kesejahteraan generasi mendatang. Komitmen nyata terlihat dari pelatihan peningkatan kapasitas Duta GENRE Desa yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Mojokerto bekerja sama dengan BKKBN di Pendopo Graha Majatama pada 15 April 2025. Pelatihan ini melibatkan para penyuluh KB dan perwakilan remaja dari 18 kecamatan, diarahkan langsung oleh Ibu Hj. Sofia Hanna AlBarra, L.c., Ketua TP PKK Kabupaten Mojokerto, menunjukkan keseriusan pemerintah daerah dalam menangani permasalahan ini.
NARASUMBER: Hj. Ning Sofia Hanna AlBarra.L,c Ketua TPKK Kabupaten Mojokerto Jawa Timur, Selasa 15 April 2025.
Salah satu fokus utama adalah mengatasi masalah stunting, yaitu kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis. Pemerintah Kabupaten Mojokerto telah meluncurkan berbagai program inovatif. Program SUJU (Susu Jumat), yang memberikan susu gratis kepada siswa SD dan SMP, merupakan salah satu contoh nyata kepedulian terhadap asupan gizi anak. Program Gerakan Percepatan Penurunan Stunting (GERCEP), yang antara lain mencakup pemberian tablet tambah darah, menunjukkan komitmen untuk mengatasi kekurangan zat besi yang sering menjadi penyebab stunting. Rembuk Stunting 2025 yang telah dilaksanakan menandakan keseriusan dalam merumuskan strategi dan koordinasi antar sektor. Peran aktif kader PKK di tingkat desa juga sangat penting, karena mereka berinteraksi langsung dengan masyarakat dan keluarga yang berisiko stunting. Program Dapur Sehat Atasi Stunting (DHASAT), yang memanfaatkan sumber daya pangan lokal, memberikan solusi yang berkelanjutan dan sesuai dengan kondisi setempat. Target pemerintah pusat untuk menurunkan angka stunting hingga 15.031 anak pada akhir 2024 menjadi tantangan yang harus dihadapi dengan data akurat dan intervensi yang tepat sasaran. Kolaborasi antar instansi pemerintah dan lembaga terkait menjadi kunci keberhasilan upaya ini.
Duta Genre Remaja Desa Kabupaten Mojokerto Jawa Timur
Selain stunting, pernikahan dini juga menjadi perhatian serius. Ibu Hj. Sofia Hanna AlBarra, dalam berbagai kesempatan, menekankan bahaya pernikahan dini bagi kesehatan, pendidikan, dan masa depan anak. Data tahun 2023 menunjukkan angka pernikahan dini yang cukup tinggi, yaitu 342 kasus pernikahan anak di bawah umur 19 tahun dari total 8.207 pernikahan. Mayoritas kasus melibatkan perempuan, menunjukkan kerentanan gender yang perlu mendapat perhatian khusus. Meskipun angka ini menunjukkan tren penurunan, pemerintah menargetkan penurunan lebih signifikan hingga 8,74% pada tahun 2024. Kecamatan Ngoro, yang memiliki angka pernikahan dini tertinggi, menjadi fokus intervensi khusus. Faktor-faktor penyebab pernikahan dini, seperti pergaulan bebas, kemiskinan, kurangnya pengetahuan tentang hukum perkawinan, dan kehamilan di luar nikah, perlu ditangani secara komprehensif. Lingkungan sosial dan budaya juga berperan penting dalam membentuk norma dan perilaku masyarakat terkait pernikahan dini.
Untuk mengatasi pernikahan dini, Pemerintah Kabupaten Mojokerto telah menjalankan berbagai program pencegahan. Sosialisasi dan edukasi di sekolah dan masyarakat mengenai bahaya pernikahan dini dan pentingnya pendewasaan usia perkawinan menjadi langkah utama. Program Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS) memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan hidup kepada remaja. Kerja sama dengan Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) dan Pengadilan Agama (PA) Mojokerto untuk membatasi pemberian dispensasi nikah juga menunjukkan komitmen untuk melindungi anak dari pernikahan dini.
Stunting dan pernikahan dini merupakan dua masalah yang saling berkaitan. Pernikahan dini meningkatkan risiko kehamilan di usia remaja, yang berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), sehingga meningkatkan risiko stunting. Oleh karena itu, upaya pencegahan pernikahan dini merupakan bagian integral dari strategi penurunan angka stunting.
Upaya Pemerintah Kabupaten Mojokerto dalam mengatasi stunting dan pernikahan dini menunjukkan komitmen yang kuat untuk membangun generasi emas. Dengan berbagai program yang terintegrasi dan kolaborasi yang erat antar sektor, diharapkan angka stunting dan pernikahan dini dapat terus menurun, menciptakan generasi muda yang sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi. Semoga cita-cita untuk mewujudkan Kabupaten Mojokerto yang lebih maju dan sejahtera dapat terwujud melalui investasi terbaik bagi generasi penerusnya.
Writer Dion
Editor Djose