Ramadhan di Ponorogo Sebuah Kisah Persahabatan Manusia dan Sapi
-Baca Juga
Mentari Ramadhan menyinari Desa Kunti, Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, menembus celah-celah daun jati yang rindang. Suasana khas pedesaan begitu terasa, diiringi kicau burung dan semilir angin yang membawa aroma tanah basah. Di tengah suasana tenang ini, terlihat Akbar Chasby Mahendra (24), seorang pemuda dengan kulit sedikit gosong dan senyum yang selalu ramah, sedang mempersiapkan Michael, sapi Peranakan Ongole kesayangannya. Bukan untuk digembalakan di padang rumput yang luas, melainkan untuk sebuah petualangan sore hari yang tak biasa, jalan-jalan keliling desa. Michael, dengan bobot 4 kuintal dan usia 2 tahun, tampak gagah dengan pelana yang indah, kalung anyaman, dan lonceng yang berdenting pelan, siap untuk menjelajahi dunia luar. Sejak sebulan lalu, Akbar telah melatih Michael untuk menghadapi keramaian, sebuah tantangan besar bagi sapi yang terbiasa dengan suasana pedesaan yang tenang.
Ramadhan tahun ini terasa berbeda bagi Akbar. Puasa, bagi sebagian besar orang, berarti menahan lapar dan dahaga dari terbit hingga terbenam matahari. Namun bagi Akbar, puasa juga menjadi waktu untuk merenung, berbagi, dan menemukan cara baru untuk mengisi waktu luang. Ide mengajak Michael jalan-jalan muncul secara spontan, sebuah ide sederhana yang ternyata membawa banyak kejutan. Bayangkan, seorang pemuda mengajak sapinya berkeliling desa di tengah hiruk-pikuk aktivitas warga yang sedang mempersiapkan berbuka puasa. Awalnya, ada rasa canggung dan ragu, namun Akbar mengatasi rasa itu dengan kesabaran dan canda tawa yang selalu menghiasi interaksinya dengan Michael.
Hari ini, tujuan mereka adalah pasar kecil di ujung desa. Perjalanan mereka bukanlah sekadar jalan-jalan biasa. Michael, dengan langkahnya yang terkadang sedikit ragu-ragu, berjalan di antara sepeda motor dan becak yang berlalu-lalang. Anak-anak kecil berlarian, menyapa Michael dengan penuh antusias, menunjukkan rasa ingin tahu dan kekaguman mereka. Para pedagang tersenyum, menawarkan jajanan untuk Michael (tentu saja, Akbar yang menerimanya!), menciptakan interaksi yang hangat dan penuh keakraban. Ada rasa haru yang terpancar dari interaksi sederhana ini, persahabatan yang terjalin antara manusia dan hewan, membentuk chemistry yang unik di tengah kesibukan Ramadhan.
Di pasar, Akbar membeli beberapa takjil, makanan dan minuman untuk berbuka puasa. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk dibagikan kepada warga sekitar, menunjukkan semangat berbagi yang begitu kental di bulan Ramadhan. Michael, dengan sesekali meringik (mbengah dalam bahasa Jawa), menunjukkan ekspresi tenang dan sabar, menunggu Akbar menyelesaikan aktivitasnya. Saat adzan Maghrib berkumandang, menandakan waktu berbuka puasa, mereka berdua pulang, lelah namun hati terasa penuh. Kisah Akbar dan Michael bukan hanya viral di media sosial, tetapi juga menjadi cerita hangat yang dibicarakan warga Desa Kunti, Bungkal, Ponorogo. Mereka melihat bagaimana seorang pemuda memanfaatkan waktu luangnya di bulan Ramadhan dengan cara yang unik, kreatif, dan penuh makna. Puasa Ramadhan bagi Akbar, bukan hanya tentang ibadah ritual, tetapi juga tentang berbagi, berkarya, dan menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitarnya, termasuk Michael, sahabatnya yang setia. Kisah ini menjadi bukti bahwa keindahan Ramadhan dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, bahkan dalam interaksi sederhana antara manusia dan hewan di pedesaan Indonesia.
Writer Dion
Editorial Djose