Sedekah Bumi Desa Kembang Belor Merawat Tradisi di Tengah Modernisasi
-Baca Juga
Bulan Ruwah, atau Sya'ban dalam penanggalan Hijriah, yang jatuh pada Februari 2025, kembali menjadi momentum bagi masyarakat Dusun Paras dan Desa Kembang Belor Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, untuk menggelar tradisi ruwatan dan bersih desa. Acara sakral ini bertujuan memohon keberkahan, menolak bala, dan mewujudkan cita-cita toto tentrem kerto raharjo masyarakat yang sejahtera, makmur, maju, adil, dan berkecukupan, terbebas dari bencana alam dan hidup dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
Gus Barra (pakaian hitam) Kades Kembang Belor Mochtar Efendi (Pakaian Batik Merah)
Salah satu perhelatan yang menarik perhatian adalah Sedekah Bumi "Ngunduh Patirtan" di Dusun Paras, Desa Kembang Belor, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Bertempat di lereng Gunung Penanggungan, gunung yang dianggap suci, acara ini akan berlangsung pada tanggal 16 Februari 2025, pukul 07.00 hingga 12.00 WIB. Masyarakat Dusun Paras, yang meyakini alam telah memberikan kehidupan dan kecukupan bagi mereka, mengadakan Sedekah Bumi sebagai ungkapan syukur atas limpahan hasil pertanian dan kesejahteraan ekonomi.
Sedekah Bumi "Ngunduh Patirtan" di Dusun Paras akan diisi dengan rangkaian kegiatan yang kaya makna: Umbul Dungo (mencari berkah di sumber air suci), Ngunduh Patirtan (mengambil air suci), Napak Tilas Tirta (menelusuri jejak spiritual terkait air suci), dan Kirab Matirta (arak-arakan air suci). Acara akan dipimpin langsung oleh Kepala Desa Kembang, Mochtar Efendi, dan dihadiri oleh Gus Barra, Bupati Mojokerto, yang dikenal dekat dengan rakyat.
Kegigihan masyarakat Dusun Paras dalam melestarikan budaya Jawa Kuno di tengah arus modernisasi dan pengaruh budaya asing patut diapresiasi. Sedekah Bumi "Ngunduh Patirtan" bukan hanya sekadar bersih desa, tetapi juga upaya uri-uri budaya warisan leluhur. Acara ini menjadi wahana penting untuk regenerasi, menanamkan nilai-nilai luhur budaya Jawa kepada generasi muda agar tetap lestari dari generasi ke generasi. Semoga tradisi ini terus terjaga dan menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk melestarikan warisan budayanya.
Ngunduh Patirtan, dengan ritualnya yang sakral dan penuh makna, memiliki pengaruh yang mendalam terhadap kehidupan masyarakat Dusun Paras, melampaui sekadar upacara tahunan. Tradisi ini menjadi benang merah yang menghubungkan berbagai aspek kehidupan mereka, membentuk nilai-nilai, kepercayaan, dan hubungan harmonis dengan alam dan Tuhan.
Meningkatkan Rasa Syukur dan Menghormati Alam: Ngunduh Patirtan mengingatkan masyarakat Dusun Paras akan keberkahan yang mereka terima dari alam. Melalui prosesi pengambilan air suci, mereka menyatakan syukur dan penghormatan kepada sumber kehidupan yang melimpah. Hal ini menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk menjaga kelestarian alam dan menghindari perbuatan yang merusak lingkungan.
Memperkuat Ikatan warga masyarakat: Ngunduh Patirtan merupakan acara bersama yang melibatkan seluruh warga Dusun Paras. Mulai dari persiapan, pelaksanaan ritual, hingga perayaan bersama setelahnya, menyatukan mereka dalam suasana kebersamaan dan keharmonisan. Tradisi ini memperkuat ikatan warga masyarakat, mengurangi jarak antar warga, dan menumbuhkan rasa solidaritas.
Melestarikan Budaya dan Tradisi: Ngunduh Patirtan merupakan bentuk pelestarian budaya Jawa yang tak ternilai. Melalui tradisi ini, nilai-nilai luhur seperti keharmonisan dengan alam, penghormatan terhadap leluhur, dan iman kepada Tuhan diwariskan dari generasi ke generasi. Hal ini mencegah hilangnya warisan budaya dan mempertahankan identitas masyarakat Dusun Paras.
Meningkatkan Kesejahteraan dan Kemakmuran: Ngunduh Patirtan dipercaya mampu menarik berkah dan keberuntungan bagi masyarakat Dusun Paras. Air suci yang disebar ke seluruh penjuru desa diyakini membersihkan dari malapetaka dan menarik rezeki yang melimpah. Keyakinan ini menumbuhkan optimisme dan semangat masyarakat dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Menciptakan Rasa Aman dan Tentram: Ngunduh Patirtan menciptakan suasana yang aman, tentram, dan harmonis di Dusun Paras. Ritual ini dipercaya mampu menghilangkan malapetaka dan menciptakan suasana yang kondusif bagi kehidupan bermasyarakat. Hal ini mengurangi kecemasan dan meningkatkan rasa aman di kalangan warga.
Ngunduh Patirtan, lebih daripada sekedar upacara adat, merupakan sebuah manifestasi dari kehidupan masyarakat Dusun Paras. Tradisi ini mencerminkan keyakinan mereka terhadap Tuhan, hubungan harmonis dengan alam, serta pentingnya menjaga kebersamaan dan tradisi leluhur. Melalui Ngunduh Patirtan, kehidupan masyarakat Dusun Paras diharapkan tetap sejahtera, makmur, dan berlandaskan nilai-nilai luhur yang tak ternilai.
Penulis Dion
Editor Djose