Hujan, bak air surga yang tumpah ruah, membasahi Desa Wringinrejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Sabtu, 22 Februari 2025.  Namun,  guyuran air langit itu tak mampu meredam semangat membara warga yang tengah menyelenggarakan Ruwatan Desa.  Justru,  hujan seolah menjadi berkah tersendiri,  menambah khidmatnya perayaan yang sakral ini.

Subuh menjelang,  Al-Quran bergema suara-suara syahdu yang menenangkan jiwa dari setiap surau, musholla, dan masjid.  Wringinrejo seketika berubah menjadi  oase spiritual,  menebar kedamaian yang mampu membius hati dan pikiran.  Rasanya,  malaikat pun turut larut dalam suasana khusyuk tersebut.

Siang hari,  Balai Desa bertransformasi menjadi pusat peradaban mini.  Khotmil Qur'an dilantunkan dengan merdu,  doa-doa untuk para leluhur para pendiri desa (pepunden) dan warga yang telah berpulang mengapung bak untaian kembang melati,  harum dan membawa pesan cinta kasih yang tak lekang oleh waktu.  Kepala Desa, perangkat desa, tokoh agama, masyarakat, dan pemuda,  bersatu padu dalam orkestra kebersamaan yang indah dan harmonis.

Karnaval sore hari,  meski sedikit terganggu hujan,  tetap menyisakan cerita yang luar biasa.  Warga,  dengan semangat pantang menyerah,  menunjukkan bahwa tekad mereka bagaikan gunung yang kokoh,  tak tergoyahkan oleh badai apapun.

 Puncak acara, "Wringinrejo Bershalawat,"  adalah sebuah simfoni spiritual yang menggetarkan.  Di Sarana Olahraga (SORGA),  suasana malam itu bagaikan lautan cahaya,  terang benderang meskipun langit mendung.  Meskipun Bupati dan Wakil Bupati terpilih, Gus Barra dan Dr. Rizal, berhalangan hadir sedang mengikuti pelatihan di Akademi Militer Magelang bersama Presiden Prabowo Subianto (hingga 28 Februari 2025),  semangat warga tetap membara,  menciptakan euforia yang membahana,  menciptakan kenangan yang tak terlupakan.

Hadrah Shalawat An-Nabawi Mojokerto,  dengan irama shalawatnya yang syahdu,  menghiasi malam itu bak taburan bintang yang berkilauan.  Gus Farid Nuruddin, ulama muda Nahdlatul Ulama,  memberikan sentuhan inspiratif melalui ceramahnya yang menyejukkan hati dan memperteguh iman.

Yang paling memukau?  Para hadirin!  Kaum hawa, terutama Fatayat (perempuan muda Nahdlatul Ulama),  hadir bak rembulan yang bersinar,  menebarkan pesona dan kecantikan.  Generasi milenial pun turut serta,  menunjukkan bahwa tradisi luhur tetap bersemi di hati mereka.  Acara ini bukan hanya sukses dan meriah,  melainkan sebuah perayaan yang penuh makna dan keindahan.

Wringinrejo:  Nama Yang Menyimpan Doa

"Wringinrejo"nama yang begitu indah,  bagaikan mantra yang menyimpan kekuatan.  "Wringin," pohon beringin yang kokoh,  melambangkan kekuatan, perlindungan, dan keagungan.  "Rejo,"  menandakan kemakmuran dan kesejahteraan yang melimpah ruah. Wringinrejo adalah desa yang dilindungi, diberkahi, dan senantiasa dipenuhi  kehidupan yang harmonis dan sejahtera.  Nama itu sendiri adalah doa,  harapan yang terpatri untuk generasi kini dan mendatang.

Wringinrejo:  Perpaduan Tradisi dan Inovasi yang Memukau

Desa Wringinrejo,  terdiri dari tiga dusun: Wringinrejo, Jambangan, dan Sambirejo,  adalah bukti nyata harmoni antara tradisi dan inovasi.  Warganya,  sebagian besar pengrajin sepatu dan sandal,  dan sebagian lagi petani,  menunjukkan keuletan dan kreativitas yang luar biasa.  Mojokertocraft,  produsen furnitur dan kerajinan kayu custom,  menjadi bukti nyata betapa Wringinrejo  mampu memadukan kearifan lokal dengan sentuhan modern.  Ruwatan ini adalah bukti nyata:  Wringinrejo  adalah desa yang kaya akan tradisi,  tetapi juga  berkembang pesat dan penuh inovasi.  Hujan deras tak mampu meredupkan cahaya semangat dan keberhasilan Ruwatan Desa Wringinrejo.  Ini adalah perayaan yang tak terlupakan,  sebuah cerita indah yang akan terus dikenang.

Penulis Dion 

Editor Djose