Melestarikan Warisan Tari Bantengan di Kabupaten Mojokerto di HUT Pramuka ke 61
-Baca Juga
Tari Bantengan, tarian tradisional ikonik Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, bukan sekadar pertunjukan seni; ia adalah manifestasi ketahanan budaya dan semangat juang yang tertanam kuat dalam sejarah dan masyarakat setempat. Pagelaran Tari Bantengan yang melibatkan 750 anak dari sekolah dasar, SMP, dan MTs se-Kecamatan Dlanggu pada perayaan HUT Pramuka ke-61 di lapangan sepak bola Desa Tumapel, menjadi bukti nyata kegigihan melestarikan warisan budaya lokal yang kaya makna.
Pertunjukan tersebut jauh lebih dari sekadar hiburan. Amatilah kostum para penari muda – celana panjang putih, berbusana pendekar pencak silat, dipadukan dengan kaos oranye yang menyimbolkan semangat juang – menunjukkan keseriusan dalam menampilkan seni ini. Bukan sekadar warna, tapi representasi dari semangat pahlawan yang tertanam dalam sejarah Mojokerto. Banteng yang menjadi pusat perhatian, dengan kostum berkilauan bak raja, melambangkan kewibawaan dan kekuatan, sementara banteng lain yang berpakaian hitam sederhana menunjukkan kesederhanaan dan peran penting dalam memelihara kelestarian alam, mencerminkan keseimbangan antara kekuatan dan keharmonisan dengan lingkungan. Detail-detail kostum ini bukan sekadar hiasan; mereka merupakan bagian integral dari narasi yang lebih luas, mencerminkan nilai-nilai yang dihormati dalam masyarakat Mojokerto.
Sebagai contoh, gerakan-gerakan dalam Tari Bantengan bukan gerakan tari biasa. Mereka mengandung elemen-elemen pencak silat, seni bela diri tradisional Jawa. Ini menunjukkan hubungan erat antara seni tari dan seni bela diri dalam budaya Mojokerto. Gerakan yang luwes dan terukur bukan sekadar estetika; mereka melambangkan kecekatan, kekuatan, dan kemampuan untuk melindungi diri dan masyarakat. Ini mencerminkan nilai-nilai keberanian dan ketahanan yang dihargai dalam budaya lokal.
Tari Bantengan di Mojokerto memiliki sejarah yang kaya dan mendalam. Ia bukan sekadar tarian; ia adalah legenda hidup. Cerita rakyat mengisahkan asal-usul tarian ini dikaitkan dengan kelompok perguruan pencak silat yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Seorang pendekar sakti mengajari para pemuda ilmu bela diri pencak silat dan kanuragan, membuat mereka kuat seperti banteng. Kisah ini melekat dalam ingatan masyarakat Mojokerto hingga saat ini, menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus berjuang melestarikan budaya leluhur. Sebagai contoh, kostum hitam banteng yang sederhana mengingatkan kita pada para pejuang kemerdekaan yang berjuang dengan segala kesederhanaan dan keikhlasan.
Kemahiran para penari muda dalam memainkan Tari Bantengan sangat mengagumkan. Setiap gerakan luwes dan terukur, menunjukkan penguasaan teknik pencak silat yang tertanam dalam tarian ini. Tujuannya adalah untuk menciptakan kesan bahwa si Banteng bergerak seperti pendekar silat yang sedang memainkan jurus-jurusnya untuk membela diri. Ini bukan sekadar pertunjukan tari; ini adalah seni bela diri yang dipadukan dengan estetika tari tradisional, menunjukkan kesatuan antara seni dan kehidupan sehari-hari dalam budaya Mojokerto.
Pertunjukan di lapangan Desa Tumapel menjadi saksi bisu bagaimana generasi muda Mojokerto dengan semangat tinggi melestarikan warisan budaya leluhur. Penonton terpukau oleh kepiawaian para penari dan semangat yang mereka pancarkan. Mereka bangga melihat anak-anak mereka masih menjaga dan melestarikan budaya lokal. Tari Bantengan bukan hanya pertunjukan seni, tetapi juga merupakan jembatan yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan Kabupaten Mojokerto. Ia adalah bukti nyata bahwa budaya lokal mampu bertahan dan berkembang di tengah arus globalisasi. Melalui tarian ini, nilai-nilai kepahlawanan, keuletan, dan cinta tanah air terus ditanamkan kepada generasi penerus, menjamin kelangsungan budaya Mojokerto untuk generasi mendatang.
Tari Bantengan di Mojokerto menyimpan beragam nilai budaya yang tertanam dalam setiap gerakan dan simbolnya. Beberapa nilai budaya yang tertanam dalam tarian ini.
Keberanian dan Ketahanan: Gerakan Tari Bantengan mengandung elemen pencak silat, menunjukkan keberanian dan kemampuan untuk melindungi diri dan masyarakat. Ini merupakan nilai penting dalam budaya Jawa, terutama dalam konteks sejarah perjuangan kemerdekaan.
Kekuatan dan Kewibawaan: Kostum Banteng yang berkilauan dan gagah melambangkan kekuatan dan kewibawaan. Ini menunjukkan pentingnya kepemimpinan dan keberanian dalam masyarakat Mojokerto.
Kesederhanaan dan Kelestarian Alam: Kostum Banteng yang berwarna hitam sederhana menunjukkan pentingnya kesederhanaan dan keharmonisan dengan alam. Ini mencerminkan nilai-nilai kehidupan yang seimbang dan berkelanjutan.
Keseimbangan dan Keharmonisan: Perpaduan antara gerakan tari dan pencak silat menunjukkan pentingnya keseimbangan antara kekuatan fisik dan keindahan seni. Ini mencerminkan nilai-nilai harmonisasi yang dihargai dalam budaya Jawa.
Cinta Tanah Air dan Semangat Patriotisme: Tari Bantengan dikaitkan dengan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ini menunjukkan pentingnya cinta tanah air dan semangat patriotisme dalam budaya Mojokerto.
Nilai-nilai ini terus diturunkan dari generasi ke generasi melalui Tari Bantengan, menjamin kelestarian budaya Mojokerto dan menginspirasi generasi muda untuk terus menjaga warisan leluhur.
Penulis Dion
Editor Djose