Atap Sekolah Ambrol, Proses Belajar Mengajar Siswa SDN Gunungan Mojokerto Terganggu
-Baca Juga
Mojokerto, Jawa Timur – Awal tahun ajaran 2025 di SDN Gunungan, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, diwarnai keprihatinan mendalam. Bukan hanya kerusakan, melainkan kerusakan parah yang menimpa tiga ruangan kelas dan ruang UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) akibat ambrolnya atap gedung sekolah sejak Senin, 30 Desember 2024.
Kepala SDN Gunungan, Sokip, memaparkan detail kerusakan. Bukan sekadar ambrol, atap ruang kelas 1A, 2A, dan UKS runtuh dengan struktur kayu penyangga yang patah dan hancur, genteng berserakan di lantai, dan puing-puing material bangunan berserakan di mana-mana. Kerusakan ini diakibatkan oleh kondisi bangunan yang sudah tua dan mengalami pelapukan yang signifikan pada struktur kayu utama. Beruntung, kejadian tersebut terjadi saat sekolah masih dalam masa liburan semester sehingga tidak ada korban jiwa. Namun, pemandangan puing-puing dan atap yang ambruk tetap menimbulkan kepanikan di kalangan guru yang saat itu sedang melaksanakan rapat Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS).
"Pada saat kejadian, kami melihat atap ambruk dengan suara gemuruh yang menakutkan. Bayangkan, genteng-genteng jatuh menimpa meja dan kursi di dalam kelas. Untungnya tidak ada siswa atau guru yang berada di lokasi saat itu," ungkap Sokip dengan nada khawatir.
Bangunan SDN Gunungan memang pernah direnovasi oleh Pemkab Mojokerto pada tahun 2009. Upaya perbaikan mandiri juga dilakukan pada tahun 2019 dengan dukungan komite sekolah dan pemerintah desa setempat. Namun, perbaikan tersebut bersifat tambalan dan tidak mengatasi masalah struktural. Kerusakan kembali terjadi pada tahun 2022, ditandai dengan retaknya dinding dan plafon yang semakin parah. Akibatnya, siswa terpaksa dipindahkan ke ruangan lain yang lebih aman dan gedung yang rusak tersebut tidak digunakan.
Saat ini, proses belajar mengajar terpaksa menggunakan ruang laboratorium, ruang guru, ruang kepala sekolah, perpustakaan, dan beberapa ruang kelas yang masih layak, namun dengan kapasitas yang terbatas dan kondisi yang kurang memadai. "Saat ini SDN Gunungan menggunakan ruang-ruang alternatif tersebut. Kondisi ruang kelas yang tersisa juga sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan, " tambah Sokip dengan nada prihatin.
Pihak sekolah telah berupaya mengajukan usulan perbaikan ke Dinas Pendidikan sejak tahun 2020. Namun, hingga saat ini usulan tersebut belum juga terealisasi. "Sudah beberapa kali pengajuan ke Dispendik, termasuk tahun 2024 kemarin. Namun, hingga kini belum ada kepastian kapan perbaikan akan dilakukan," jelas Sokip.
Kondisi SDN Gunungan ini menjadi sorotan dan menyoroti pentingnya perhatian pemerintah terhadap kondisi infrastruktur pendidikan di daerah. Minimnya anggaran dan lambatnya realisasi perbaikan berdampak langsung pada kualitas pendidikan dan keselamatan siswa. Diharapkan pemerintah daerah segera mengambil langkah konkrit untuk mengatasi masalah ini dan memastikan siswa SDN Gunungan dapat belajar dalam lingkungan yang aman dan nyaman serta terbebas dari ancaman bahaya runtuhnya bangunan sekolah.
Penulis Dion
Editor Djose