Trenggono Seorang Ksatria Pejuang Tinta Emas
-Baca Juga
Udara di Pendopo Graha Maja Tama berdengung dengan antisipasi. Sinar matahari memancar melalui jendela-jendela berukir, menerangi lantai kayu jati yang dipoles dan para pejabat yang berkumpul. Hari itu Jumat, 28 Desember 2024, dan udara berdesir dengan beban tak terucapkan dari acara tersebut: pelantikan Dewan Pers Mojokerto (PWI) untuk periode 2024-2027. Bagi para anggota yang berkumpul, ini bukan sekadar upacara; ini adalah legitimasi formal peran mereka, deklarasi publik di hadapan Forpimda, para pejabat setempat.
Di antara anggota yang baru dilantik, satu nama menonjol: Hari Pringgo Widakdo, lebih dikenal sebagai Gono. Nama itu, versi pendek dari Trenggono atau Trengginas seorang pejuang gagah berani dari mitologi Jawa adalah hadiah dari kakeknya, Supa’at, atau Mbah Pa’at, mantan kepala desa (Dongkol), Balongbendo, Sidoarjo, pada tahun 1960-an. Nama itu membawa beban harapan, warisan yang terbisik dari generasi ke generasi.
Gono, bungsu dari lima bersaudara seorang "Pendowo" dalam bahasa Jawa adalah pria yang penuh kontradiksi. Dia memiliki kecerdasan yang tajam dan tawa yang menawan, sifat "lucu dan gemuyu" seperti yang dikatakan orang Jawa. Namun, di balik pesonanya yang mudah, tersembunyi tekad yang tenang, keseriusan yang hanya terlihat oleh orang-orang terdekatnya. Jurnalisme bukanlah tanah asing baginya; itu adalah aroma tinta dan kertas koran yang familiar, irama cerita yang terungkap, terjalin dalam kain kehidupan keluarganya. Sebagian besar saudara kandungnya adalah jurnalis, yang membenamkannya dalam dunia berita dan narasi sejak usia muda.
Perannya sebagai kepala Pengelolaan Aset di PWI Mojokerto adalah bukti sifat pragmatisnya. Dia memahami pentingnya pengelolaan sumber daya yang bertanggung jawab, aspek penting yang sering diabaikan dalam pusaran berita terkini. Tetapi Gono lebih dari sekadar ahli angka; dia adalah seorang pendongeng, seorang penulis sejarah zamannya, siap untuk menggunakan keterampilannya untuk melayani masyarakat.
Upacara berakhir dengan deretan jabat tangan dan ucapan selamat. Namun, Gono merasakan beban yang berbeda menyelimuti pundaknya.
Minggu-minggu berikutnya adalah pusaran pertemuan, sesi perencanaan, dan proses yang lambat dan metodis untuk membangun PWI yang baru. Gono, sesuai dengan sifatnya, mendekati tanggung jawabnya dengan perpaduan ketelitian dan humor. Dia menavigasi dunia pengelolaan aset yang kompleks dengan pragmatisme yang mengejutkan beberapa orang dan mengesankan yang lain. Dia juga menemukan dirinya tertarik pada sisi investigasi jurnalisme, kecenderungan alami mengingat sejarah keluarganya.
Dia mulai menyelidiki serangkaian insiden yang tampaknya tidak terkait: perebutan tanah di pinggiran Mojokerto, serangkaian hilangnya orang yang tidak dapat dijelaskan di antara aktivis lokal, dan pola korupsi di dalam pemerintahan daerah. Saat dia menggali lebih dalam, dia menemukan jaringan pengaruh dan kekuasaan, yang menjangkau jauh melampaui batas Mojokerto. Investigasi menjadi lebih dari sekadar cerita; itu adalah misi, pertempuran untuk keadilan.
(Bersambung…) ADV KHUSUS
Ini hanyalah awal dari perjalanan membara seorang Gono. Ceritanya akan terus terungkap, mengeksplorasi perjalanan Gono saat dia menavigasi kompleksitas perannya, sejarah keluarganya, dan tantangan yang dia hadapi dalam mengungkap kebenaran. Cerita akan menggali lebih dalam lanskap politik Mojokerto, mengeksplorasi dinamika kekuasaan dan perjuangan untuk transparansi dan akuntabilitas. Ini akan menjadi kisah tentang keberanian, ketahanan, dan kekuatan abadi kebenaran.
Penulis Dion
Editor Djose