Tragedi Tenggelamnya Siswa Mojokerto: Jeritan Pilu di Sungai Rolak Limo
-Baca Juga
Mentari sore itu, Jumat, 6 Desember 2024, seakan tak mampu menembus kesedihan yang menyelimuti Sungai Rolak Limo. Di Desa Mliriprowo, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo, tawa riang sekelompok anak muda yang bermain air sekejap sirna, tergantikan oleh tangis pilu dan jeritan yang mengiris hati. Di antara mereka, AB, seorang siswa SMP berusia 14 tahun dari Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto, terenggut oleh arus ganas yang tak kenal ampun.
Air sungai yang biasanya ramah, hari itu berubah menjadi monster yang haus korban. Arus yang dahsyat, seperti rahang maut, menyeret AB ke dalam kedalamannya yang dingin dan gelap. Teman-temannya, mata mereka membulat sempurna, terpaku menyaksikan sahabat mereka terseret arus yang semakin deras. Raut wajah mereka berubah pucat pasi, ketakutan dan kepanikan tergambar jelas. Salah seorang dari mereka, dengan suara bergetar dan terbata-bata, mencoba memanggil nama AB, namun hanya gema yang menjawab.
Jeritan histeris pecah ketika tubuh AB lenyap ditelan air keruh yang kejam. Mereka berteriak memanggil nama AB, berusaha berenang melawan arus yang kuat, namun tubuh mereka terasa begitu lemah, tak berdaya menghadapi kekuatan alam yang maha dahsyat. Air mata bercampur air sungai membasahi wajah mereka, tangisan mereka memecah kesunyian sore, mengalir deras seperti air mata yang tak kunjung berhenti. Beberapa dari mereka mencoba meraih AB, tangan mereka meraba-raba air yang keruh, dengan harapan yang semakin memudar.
Bayangan keputusasaan mencengkeram hati mereka. Matahari yang tadinya memancarkan kehangatan, kini terasa begitu dingin, menjadi saksi bisu atas tragedi yang menghancurkan jiwa muda. Pencarian yang dilakukan terasa begitu berat, setiap detik terasa seperti tahun, diiringi harapan yang semakin memudar seiring waktu. Namun, beberapa puluh meter dari tempat AB terakhir terlihat, jasadnya ditemukan, membawa duka yang tak terperi. Isak tangis pecah, mengalir deras seperti air sungai yang telah merenggut nyawa seorang anak muda. Mereka saling berpelukan, mencari kekuatan di tengah kepedihan yang mendalam, mencoba meredakan rasa bersalah yang menggerogoti hati mereka karena tak mampu menyelamatkan sahabat mereka.
Kabut duka menyelimuti Kota Mojokerto. Penjabat Wali Kota, Moh. Ali Kuncoro, dengan suara bergetar menahan isak, menyampaikan belasungkawa mendalam. “Korban adalah warga Kecamatan Kranggan dan pelajar SMP di Kota Mojokerto. Kami sangat berduka atas kejadian ini. Kehilangan AB merupakan duka bagi kita semua,” ujarnya, suaranya penuh kesedihan yang tulus. Kesedihan itu bukan hanya milik keluarga AB, melainkan seluruh warga Mojokerto.
Jenazah AB, yang masih terasa hangat, dibawa ke RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo, lalu kembali ke rumah duka. Di sana, tangis keluarga dan kerabat pecah, mengalir deras seperti hujan yang tak kunjung berhenti. Pemakaman AB menjadi penutup kisah pilu ini, meninggalkan luka yang menganga di hati keluarga, teman-teman, dan seluruh masyarakat. Tragedi ini adalah tamparan keras, pengingat akan betapa kejamnya alam, dan betapa rapuhnya nyawa manusia di hadapannya. Sungai Rolak Limo, yang dulunya tempat bermain, kini menjadi tempat bersemayamnya duka yang mendalam, sebuah luka yang mungkin tak akan pernah sembuh.
Penulis DION
Editor DJOSE