Bencana Banjir Mengintai: Anggota DPRD Selidiki Drainase Buruk di Mojokerto
-Baca Juga
Mojokerto, Jawa Timur – Ancaman bencana banjir mengintai warga Lingkungan Balongrawe, Kelurahan Kedundung, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto. Kondisi ini mendorong Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Mojokerto dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Dr. Rambo Garudo, untuk melakukan investigasi mendalam terhadap sistem drainase yang tidak memadai di wilayah tersebut. Investigasi ini dilatarbelakangi oleh laporan dari masyarakat setempat mengenai kondisi saluran irigasi dan drainase yang buruk, yang diperparah dengan akan datangnya musim hujan.
dr. Rambo Garudo Anggota DPRD Kota Mojokerto FPDIP
Hasil investigasi Dr. Garudo menunjukkan adanya sejumlah kelemahan signifikan dalam infrastruktur drainase yang ada. Sistem drainase yang dibangun pada periode pemerintahan sebelumnya memiliki desain yang dinilai tidak profesional dan tidak proporsional, sehingga menyebabkan aliran air yang tidak efisien dan berujung pada banjir yang berulang di wilayah Balongrawe yang padat penduduk. Konstruksi saluran drainase yang terkesan asal-asalan mengakibatkan ketidakjelasan jalur aliran air dan memperparah permasalahan banjir.
Proyek Saluran Air Asal asalan di Lingkungan Pemukiman Padat Penduduk Balongrawe Kelurahan Kedundung Kecamatan Magersari
Investigasi ini juga mengindikasikan adanya kekurangan dalam pengawasan dan perencanaan proyek mitigasi banjir sebelumnya. Dr. Garudo menduga bahwa proyek tersebut lebih memprioritaskan keuntungan pribadi daripada efektivitas pembangunan infrastruktur, sehingga pengawasan dan perencanaan program dipertanyakan.
Menimbang keseriusan situasi dan potensi terjadinya banjir yang meluas, Dr. Garudo telah meminta kepada Penjabat (Pj.) Walikota Mojokerto, Bapak Ali Kuncoro, untuk memanfaatkan program "MAK" (Mas Pj. Antusias Kemaslahatan) guna mengatasi permasalahan ini. Program yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi permasalahan drainase di Lingkungan Balongrawe.
Uang Rakyat digunakan proyek main main.
Sebagai solusi, Dr. Garudo merekomendasikan pembangunan saluran drainase beton dengan menggunakan U-gutter beton. Hal ini bertujuan untuk memastikan kekuatan struktur dan daya tahan saluran terhadap beban lalu lintas. Rekomendasi ini sangat berbeda dengan sistem drainase yang telah ada sebelumnya, yang dinilai tidak memadai dan merupakan pemborosan anggaran publik.
Investigasi ini menyoroti pentingnya pengawasan dan perencanaan yang lebih baik dalam proyek-proyek infrastruktur publik untuk mencegah terjadinya permasalahan serupa di masa mendatang. Kondisi drainase yang tidak memadai di Lingkungan Balongrawe menjadi bukti nyata akan konsekuensi dari prioritas keuntungan pribadi di atas kesejahteraan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur. Investigasi yang dilakukan oleh Dr. Garudo dan tindak lanjut dari Pj. Walikota Mojokerto akan terus mendapatkan perhatian dari masyarakat.
Membangun sistem irigasi di lingkungan pemukiman padat penduduk memerlukan perencanaan yang cermat dan komprehensif untuk memastikan keberlanjutan dan manfaatnya bagi warga. Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan:
Perencanaan Partisipatif: Libatkan Warga: Penting untuk melibatkan warga setempat dalam proses perencanaan sejak awal. Melalui diskusi dan musyawarah, dapat diidentifikasi kebutuhan dan prioritas warga terkait sistem irigasi.
Peta Kebutuhan: Buat peta kebutuhan air di lingkungan tersebut, termasuk untuk keperluan rumah tangga, usaha kecil, dan ruang terbuka hijau. Ini membantu menentukan kapasitas dan distribusi sistem irigasi yang tepat.
Pertimbangan Budaya: Pertimbangkan budaya dan kebiasaan warga dalam menggunakan air. Misalnya, jika ada tradisi tertentu yang berkaitan dengan penggunaan air, sistem irigasi harus dirancang agar kompatibel dengan tradisi tersebut.
Desain yang Tepat: Efisiensi Air: Prioritaskan desain sistem irigasi yang efisien dalam penggunaan air. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi irigasi hemat air seperti sistem tetes atau sprinkler.
Pengelolaan Limbah: Sistem irigasi harus dilengkapi dengan sistem pengelolaan limbah yang memadai. Ini penting untuk mencegah pencemaran air dan menjaga kesehatan lingkungan.
Integrasi dengan Infrastruktur: Sistem irigasi harus terintegrasi dengan infrastruktur yang ada di lingkungan tersebut, seperti saluran drainase dan sistem pengolahan air limbah. Ini memastikan efektivitas dan keberlanjutan sistem.
Pengelolaan dan Pemeliharaan: Pembentukan Kelompok: Bentuk kelompok pengelola irigasi yang terdiri dari warga setempat. Kelompok ini bertanggung jawab atas pemeliharaan dan operasional sistem irigasi.
Pengetahuan dan Keterampilan: Berikan pelatihan kepada anggota kelompok pengelola tentang cara mengoperasikan dan memelihara sistem irigasi. Ini memastikan keberlanjutan sistem irigasi dalam jangka panjang.
Sumber Pendanaan: Siapkan sumber pendanaan untuk biaya operasional dan pemeliharaan sistem irigasi. Ini dapat dilakukan melalui iuran warga, bantuan pemerintah, atau sumber pendanaan lainnya.
Keamanan dan Keselamatan: Keamanan Air: Pastikan air yang digunakan untuk irigasi aman dan bersih. Ini penting untuk mencegah penyakit dan menjaga kesehatan warga.
Keamanan Fisik: Sistem irigasi harus dirancang dengan memperhatikan aspek keamanan fisik, seperti menghindari bahaya jatuh dan terjebak di saluran irigasi.
Mitigasi Bencana: Sistem irigasi harus dirancang untuk meminimalkan risiko bencana, seperti banjir.
Peningkatan Kualitas Hidup: Sistem irigasi yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup warga dengan menyediakan air bersih dan ruang terbuka hijau.
Membangun sistem irigasi di lingkungan pemukiman padat penduduk merupakan investasi jangka panjang yang membutuhkan perencanaan yang matang dan partisipasi aktif dari warga. Dengan memperhatikan aspek-aspek penting di atas, sistem irigasi dapat menjadi aset berharga yang meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan warga.
Penulis Dion
Editor Djose