Banjir Mojokerto Untung Ada Gus Barra Kisah Desa Tempuran dan Upaya Penanganan Bencana - Peran Pemerintah yang Krusial
-Baca Juga
Air bah menerjang Desa Tempuran, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, meninggalkan luka mendalam bagi warganya. Hujan deras yang tak henti mengguyur wilayah tersebut selama beberapa hari telah membuat Sungai Avour Watudakon meluap, membanjiri rumah-rumah warga dengan ketinggian air rata-rata mencapai satu meter. Bukan hanya jalanan dan pekarangan yang terendam, air cokelat keruh itu merambat masuk ke dalam rumah-rumah, membawa serta lumpur dan sampah. Perabot rumah tangga, pakaian, dan dokumen penting terendam, rusak, bahkan hilang terbawa arus. Sejumlah keluarga terpaksa meninggalkan rumah mereka, meninggalkan harta benda mereka, mencari perlindungan di rumah kerabat atau di tempat pengungsian yang telah disiapkan pemerintah. Bayangkan, rasa cemas, kehilangan, dan ketidakpastian yang mereka rasakan.
GUS BARRA: Bupati Mojokerto Inspeksi Korban Banjir dan Dapur Umum
Kepala Desa Tempuran, Bapak Slamet, menceritakan kepiluan warganya dengan mata berkaca-kaca. Wajahnya tampak lelah, namun matanya memancarkan tekad untuk membantu warganya. Ia menjelaskan bahwa luapan sungai bukan hanya disebabkan oleh hujan lebat di Mojokerto saja. "Kemungkinan besar banjir ini juga dipengaruhi oleh luapan dari wilayah Jombang, termasuk aliran dari pintu-pintu DAM yang tidak berfungsi normal, serta luapan sungai di wilayah Kesamben, Jombang," jelasnya, suaranya berat menahan beban tanggung jawab. Ia berharap hujan segera reda dan air surut, agar kehidupan warganya dapat kembali normal, agar anak-anak dapat kembali bersekolah, dan orang dewasa dapat kembali bekerja. Ia juga memuji respon cepat pemerintah dalam membantu warganya.
Ikhfina Fahmawati & Ainy Zuroh, sedang manis manisnya
Bukan hanya Desa Tempuran yang terendam. Desa Salen di Kecamatan Bangsal dan Desa Jotangan di Kecamatan Mojosari juga merasakan dampak yang sama. Gambaran yang muncul adalah hamparan air yang luas, rumah-rumah yang sebagian terendam, bahkan ada yang hampir seluruhnya terendam, dan warga yang berjuang menyelamatkan barang-barang berharga. Banyak yang hanya bisa menyelamatkan diri dan beberapa barang berharga saja. Bayangkan, kehilangan tempat tinggal, kehilangan mata pencaharian, dan kehilangan harta benda yang telah susah payah mereka kumpulkan. Pemerintah daerah bergerak cepat dengan mendirikan dapur umum di Balai Desa Salen sejak Minggu (8/12/2024), menyediakan makanan tiga kali sehari dan logistik bagi para pengungsi. Selain itu, tim medis juga diterjunkan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada warga yang membutuhkan. Meskipun makanan dan logistik yang tersedia belum tentu cukup untuk memenuhi kebutuhan semua pengungsi, namun upaya pemerintah ini sangat membantu meringankan beban warga. Bau masakan yang harum, menjadi satu-satunya aroma yang sedikit menghibur di tengah suasana yang mencekam.
Di tengah kepanikan dan kesedihan, hadirlah sebuah cahaya harapan. Pada Senin (9/12/2024), Wakil Bupati Mojokerto, Dr. Muhammad Al Barra Lc.,M.hum, bersama rombongan mengunjungi Desa Tempuran. Gus Barra, yang terpilih sebagai Bupati Mojokerto periode 2025-2030, terlihat langsung terjun ke lokasi bencana. Ia mengunjungi tempat pengungsian di masjid, meninjau dapur umum, dan membagikan nasi bungkus, susu, dan roti kepada anak-anak yang matanya berkaca-kaca. Tangan-tangan kecil itu menerima uluran bantuan dengan penuh syukur, namun di balik syukur itu tersimpan keprihatinan akan masa depan yang masih belum pasti. Selain itu, Gus Barra juga berjanji akan membantu warga untuk memperbaiki rumah mereka yang rusak dan memberikan bantuan keuangan.
GUS BARRA BUPATI RAKYAT
Suasana haru bercampur dengan diskusi serius. Gus Barra berbincang dengan warga dan para petugas, mendengarkan keluhan dan masukan mereka. Ia mengamati kondisi sungai yang meluap, memperhatikan rumah-rumah yang terendam, dan mendengarkan cerita warga yang masih bertahan di rumah mereka meskipun air sudah sampai di bibir rumah. "Ada banyak hal yang bisa kita ambil. Ke depannya kita harus waspada, antara lain adalah banyaknya eceng gondok yang belum dibersihkan," ungkap Gus Barra, menyadari bahwa normalisasi sungai menjadi kunci pencegahan banjir di masa mendatang. Ia juga mendengarkan cerita tentang kerugian ekonomi yang dialami warga, banyak petani yang kehilangan hasil panen, dan pedagang yang kehilangan dagangan. Pemerintah berjanji akan memberikan bantuan kepada para petani dan pedagang yang terdampak.
Langkah-langkah darurat telah diambil: posko pengungsian, posko kesehatan, dapur umum, pembagian makanan, dan penyediaan MCK yang memadai. Namun, Gus Barra menyadari bahwa ini hanya solusi sementara. Ia menekankan pentingnya normalisasi sungai untuk mencegah terulangnya bencana serupa. "Ke depan, sebelum musim hujan tiba, kita akan melakukan normalisasi sungai. Kita akan berkolaborasi dengan pemerintah provinsi terkait wewenang normalisasi," tegasnya. Harapannya, kerja sama yang solid antara pemerintah daerah dan provinsi akan menghasilkan solusi yang berkelanjutan untuk mengatasi permasalahan banjir di Mojokerto. Kisah Desa Tempuran menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan dan kolaborasi dalam menghadapi bencana alam, dan juga betapa krusialnya peran pemerintah dalam membantu warga yang terdampak.
Penulis Dion
Editor Djose