Amarah Petani Langkat: Ledakan dari Bumi yang Terluka
-Baca Juga
Bukan lagi jeritan, bukan lagi keluhan, video viral petani Langkat itu adalah ledakan kemarahan yang mengguncang. Ini bukan sekadar ekspresi kekecewaan, melainkan amuk dari bumi yang terluka, dari hati yang terinjak-injak. Mereka, para petani, telah cukup lama menahan derita. Cukup lama membiarkan keringat mereka dieksploitasi, jerih payah mereka diabaikan. Kini, amarah itu meledak, tak terbendung lagi.
Pupuk dan pestisida yang harganya selangit, bagai pisau yang menusuk jantung, menguras isi kantong mereka hingga kering. Hasil panen yang melimpah, bukan menjadi berkah, melainkan beban. Harga jual yang rendah, bagai tamparan keras di wajah, menghancurkan harapan mereka. Mereka, yang memberi makan bangsa ini, justru kelaparan. Mereka, yang menghidupi negeri ini, justru hidup dalam kemiskinan.
"Penjajah," teriakan itu bukan lagi sindiran, melainkan tuduhan yang penuh amarah. Mereka tak lagi berbasa-basi, mereka tak lagi meminta dengan lemah lembut. Mereka menuntut keadilan, mereka menuntut perubahan. Jalan-jalan desa yang rusak, bukan lagi simbol pengabaian, melainkan bukti nyata dari penghinaan. Mereka, yang memberi makan bangsa ini, harus berjalan kaki di atas jalan berlubang, menanggung beban hasil panen di pundak yang penuh luka.
"Perhatikan kami rakyat jelata ini!" Ini bukan lagi permohonan, melainkan ultimatum. Ini bukan lagi rayuan, melainkan peringatan. "Darah ini akan kami pertaruhkan untuk negara ini," bukan lagi janji, melainkan ancaman. Amarah mereka telah mencapai titik didih. Mereka siap berjuang, mereka siap melawan. Video viral ini bukanlah sekadar video, melainkan deklarasi perang. Perang melawan ketidakadilan, perang melawan eksploitasi, perang melawan pengabaian. Pemerintah harus mendengar, pemerintah harus bertindak. Sebelum amarah ini berubah menjadi api yang membakar segalanya.
Isi video petani Langkat Sumatera Utara sebagai berikut:
“Lapor jenderal para penjajah itu telah masuk ke daerah tetorial kita mereka menjajah daerah daerah, lumbung lumbung pangan kami jenderal. lihat jenderal lumbung pangan kami sudah dikuasai mereka. Mereka mengangkat bahan pangan kami dengan harga tidak pantas jenderal. Padahal kami membeli obat- obatan secara mahal jenderal. bahkan pupuk pun kami beli dengan harga mahal jenderal. Lihat jalan kami jenderal. Apakah kami tidak pantas untuk menikmati jalan yang bagus di desa ini”.
Perhatikan kami rakyat jelata ini . bahkan mereka merampas hak-hak kami jenderal. mereka membuang hak-hak kami. bukan kah ini program dari pemerintah. Perhatikan kami rakyat jelata ini jenderal. perintahkan kepada kami jenderal melawan penjajah-penjajah itu jenderal. Jangan hanya diam jenderal, bicaralah jenderal. Darah ini akan kami pertaruhkan untuk negara ini”.
Video yang di unggah tersebut memperlihatkan kekecewaan petani di Langkat, Sumatera Utara.
Penulis Dion
Editor Djose