Bupati Mojokerto Jawa Timur Muhammad Albarra atau Gus Barra dan Wakil Bupati Muhammad Rizal Oktavian atau Mas dokter Rizal.

Udara bergetar dengan antisipasi. Lampu studio menyala terang, memancarkan cahaya menyilaukan di panggung tempat dua sosok berdiri siap, wajah mereka terukir dengan tekad. Muhammad Albarra, akrab disapa Gus Barra, dan Muhammad Rizal Oktavian, Dr. Rizal yang terhormat, berdiri berdampingan, nama gabungan mereka menggema di seluruh aula – MUBAROK. Mereka adalah harapan Mojokerto, perwujudan kerinduan akan perubahan, keinginan untuk masa depan yang lebih cerah.

Debat publik yang kedua, yang diselenggarakan oleh KPU Mojokerto, adalah momen penting menjelang pemilihan kepala daerah serentak 2024. Mata bangsa tertuju pada Mojokerto, sebuah kabupaten yang kaya akan sejarah, namun terbebani oleh beratnya sistem oligarki yang usang.

Romo KH. Asep Saifuddin Chalim dan ibunda Gus Barra 

Gus Barra, pemimpin muda yang karismatik, memancarkan kepercayaan diri saat ia menjawab pertanyaan panelis dengan kejelasan dan keyakinan yang menggema di hati pendengar. Visinya untuk Mojokerto yang sejahtera, di mana rakyat berada di pusat setiap keputusan, adalah kontras yang mencolok dengan status quo. Ia berbicara tentang era baru kemajuan, pergeseran dari cengkeraman menyesakkan dari para penjaga lama.

Sofia Hanna istri Gus Barra 

Usulnya untuk memindahkan ibukota kabupaten dari kota Mojokerto ke lokasi yang lebih sentral di dalam kabupaten itu sendiri, sebuah langkah yang didukung oleh Undang-Undang Otonomi Daerah dan Kementerian Dalam Negeri, memicu gelombang antusiasme. Langkah berani ini, ia berargumen, akan membawa pemerintahan lebih dekat dengan rakyatnya, memfasilitasi pelayanan yang lebih baik dan menarik investasi.

Simpatisan Rakyat Mojokerto Jawa Timur Mengawal Bakal pemimpinnya Dalam DEBAT PUBLIK KE 2 di Surabaya, Sabtu 2 Nopember 2024.

Dr. Rizal, profesional medis berpengalaman, melengkapi visi Gus Barra dengan keahliannya dalam kesehatan masyarakat dan kesejahteraan. Bersama-sama, mereka menyajikan argumen yang meyakinkan untuk Mojokerto yang bebas dari korupsi, Mojokerto di mana setiap warga negara dapat berkembang.

Studio bergemuruh dengan energi kerumunan, lautan wajah mencerminkan harapan dan kerinduan akan perubahan yang telah melanda Mojokerto. Sorakan "MUBAROK! MUBAROK! Coblos nomor 2, Coblos Nomor 2," menggema di seluruh aula, sebuah bukti dukungan yang tak tergoyahkan yang mereka nikmati.

DR. Muhammad Ahmadi dan istri Orang Mas dokter Rizal.

Perjalanan menuju momen penting ini telah lama dan melelahkan. Selama bertahun-tahun, Mojokerto telah ditawan oleh dinasti oligarki, cengkeraman mereka terhadap kekuasaan menyesakkan potensi kabupaten. Namun Gus Barra dan Dr. Rizal, didorong oleh rasa tanggung jawab yang dalam dan keinginan membara untuk melayani rakyat mereka, berani menantang status quo.

Kampanye mereka, yang dijuluki "MUBAROK," berarti "MEMBAWA KEBERKAHAN UNTUK PERUBAHAN YANG LEBIH MAJU, ADIL DAN. MAKMUR," adalah bukti komitmen mereka yang tak tergoyahkan untuk menyalakan revolusi perubahan. Pesan mereka bergema di hati rakyat, mencerminkan keinginan akan pemimpin yang muda, cerdas, mampu, rendah hati, dan dermawan.

Debat publik itu adalah titik balik. Itu adalah momen di mana rakyat Mojokerto, yang lelah dengan cara lama, melihat secercah harapan dalam bentuk MUBAROK Nomor Urut 2. Perjalanan menuju masa depan yang lebih cerah telah dimulai.

Penulis DION 

Editorial DJOSE