MUBAROK NOMOR URUT 2, BAKAL GELAR EVENT DI MAKAM SYECH JUMADIL KUBRO SATU BULAN SEKALI
-Baca Juga
Tradisi yang ingin ia bangkitkan adalah Haul Syech Jumadil Kubro, sosok agung yang menaungi silsilah Wali Songo, sembilan sufi agung yang menebarkan cahaya Islam di Nusantara. Syech Jumadil Kubro, buyut para wali, adalah lautan ilmu dan cahaya iman, warisannya terukir dalam benang merah budaya tanah ini.
Hati Gus Barra pedih melihat leluhur yang mulia terlupakan. Ia menelusuri catatan sejarah yang berdebu, menyusun kembali kisah-kisah yang tercabik, kala Haul Syech Jumadil Kubro menjadi lautan manusia, perpaduan syahdu pengabdian jiwa, tarian budaya, dan persatuan hati. Ia membayangkan saat di mana roh Syech Jumadil Kubro kembali menyapa, warisannya dirayakan dengan semangat dan kehormatan yang sama seperti berabad silam.
Visinya melampaui batas dusun. Ia merindukan perayaan agung di Kompleks Troloyo, situs suci di Sentonorejo, Trowulan, tempat peristirahatan terakhir Syech Jumadil Kubro. Situs bersejarah ini, saksi bisu kejayaan Majapahit, bersemayam dalam hati Gus Barra. Ia membayangkan perayaan yang memesona, perpaduan acara budaya, tarian tradisional, dan pertemuan jiwa, berujung pada peringatan Haul Syech Jumadil Kubro yang penuh khidmat.
Ia membayangkan festival dibuka dengan prosesi spanduk beraneka warna, dihiasi ayat-ayat suci dan simbol Islam, diusung oleh penduduk desa yang anggun dalam balutan busana tradisional. Prosesi ini akan melintasi dusun, berujung di Kompleks Troloyo, di mana panggung megah akan menyapa para hadirin.
Di atas panggung, para ulama terkemuka akan membacakan kisah hidup dan ajaran Syech Jumadil Kubro, suara mereka bergema di seluruh kompleks, menuntun jiwa merenung dan bertumbuh. Musisi tradisional akan membangkitkan melodi gamelan yang menenangkan, ansambel musik Jawa yang menenangkan, menciptakan suasana magis yang membawa jiwa melayang ke taman spiritual.
Di seluruh kompleks, stan-stan akan menyapa, menawarkan kerajinan tangan tradisional yang indah, makanan lokal yang menggugah selera, dan literatur Islam yang penuh makna. Anak-anak akan terpesona oleh pertunjukan wayang, mata mereka berbinar saat mendengarkan kisah Wali Songo dan warisan Syech Jumadil Kubro.
Di malam hari, kompleks akan diterangi oleh seribu lentera yang berkelap-kelip, menciptakan cahaya hangat yang menyapa kerumunan yang berkumpul. Udara akan dipenuhi dengan suara lagu-lagu pengabdian, saat penyanyi lokal dan paduan suara membawakan himne Islam tradisional, suara mereka bergema dalam pujian dan rasa syukur yang khidmat.
Saat festival mendekati akhir, pesta agung akan menjadi penutup yang indah, simbol persatuan dan kebahagiaan bersama. Penduduk desa akan berkumpul di sekitar meja komunitas, berbagi cerita, tawa, dan rasa memiliki, hati mereka dipenuhi rasa syukur atas warisan Syech Jumadil Kubro dan semangat komunitas yang telah dihidupkan kembali.
Gus Barra tahu bahwa jalan di depan akan penuh dengan tantangan, tetapi ia tidak gentar. Ia adalah seorang pria yang didorong oleh rasa tujuan yang dalam, seorang pria yang percaya pada kekuatan tradisi untuk menyatukan orang dan menginspirasi perubahan. Ia bertekad untuk menghidupkan kembali Haul Syech Jumadil Kubro, bukan hanya sebagai peringatan sejarah, tetapi sebagai bukti hidup dari kekuatan iman, budaya, dan komunitas yang abadi.
Perjalanannya baru saja dimulai, tetapi Gus Barra siap untuk menghadapi tantangan dan berusaha untuk masa depan di mana warisan Syech Jumadil Kubro akan kembali bersinar terang, menerangi jalan menuju hari esok yang lebih cerah.
Penulis DION
Editor DJOSE