#Perjalanan Membara Gus Barra Dalam Membela Rakyat: Datangi Warga Tidak Bisa Berobat Kartu KiS PBID di Blokir Penguasa
-Baca Juga
Matahari sore menyinari jalanan berdebu di Mojokerto. Gus Barra, dengan baju putih serta menggunakan songkok atau kopyah, nampak bersahaja dan berwibawa, berjalan kaki menuju rumah seorang perempuan tua renta. Ia menerima laporan bahwa perempuan itu sakit keras, namun tak bisa berobat karena kartu Indonesia Sehat (KIS)-nya diblokir pemerintah daerah.
Gus Barra, yang dikenal dengan kepeduliannya terhadap rakyat, langsung bergegas. Ia menemukan perempuan tua itu terbaring lemah di ranjang sederhana. Wajahnya pucat pasi, keringat dingin membasahi keningnya.
"Kasihan, Bu Siti Qodijah ini," Gus Barra berkata lembut, tangannya menggenggam tangan perempuan tua itu. "Kenapa tidak berobat, Bu?"
"Kartu KIS-ku sudah diblokir, Gus," jawab perempuan tua itu dengan suara lirih. "Aku tidak punya uang untuk berobat ke dokter."
Gus Barra terdiam sejenak, hatinya teriris mendengar keluhan perempuan tua itu. Ia tahu betul betapa sulitnya hidup tanpa akses kesehatan yang layak. "Tenang, Bu," katanya dengan nada meyakinkan. "Gus akan bantu Bu berobat."
Tanpa menunggu lama, Gus Barra menghubungi sahabatnya, Mas Dokter Rizal, yang dikenal sebagai dokter yang baik hati dan murah senyum. "Rizal, tolong datang ke rumah Bu Siti Qodijah, beliau sakit dan kartunya diblokir," pinta Gus Barra melalui telepon.
Tak lama kemudian, Mas Dokter Rizal datang dengan tas dokternya. Ia memeriksa perempuan tua itu dengan penuh perhatian, seperti merawat orang tuanya sendiri. Setelah selesai memeriksa, Mas Dokter Rizal menggelengkan kepala. "Kasihan, Gus, masyarakat tidak mampu tidak bisa berobat lagi. Kartu Indonesia Sehat mereka telah diblokir penguasa."
Gus Barra menghela napas panjang. Ia tahu betul bahwa ini bukan kasus pertama. Banyak warga Mojokerto yang mengalami nasib serupa. KIS mereka diblokir tanpa alasan yang jelas, membuat mereka terlantar dan tak berdaya.
"Kita harus bantu mereka, Rizal," tegas Gus Barra. "Kita harus perjuangkan hak kesehatan mereka."
Mas Dokter Rizal mengangguk setuju. "Gus, apa rencana Gus Barra?"
Gus Barra tersenyum. "Kita akan adakan pengobatan gratis untuk warga Mojokerto. Kita akan buktikan bahwa kesehatan adalah hak semua orang, tanpa terkecuali."
Dengan tekad membara, Gus Barra dan Mas Dokter Rizal mulai bergerak. Mereka mengumpulkan para relawan dan menyebarkan informasi tentang pengobatan gratis.
Sehari kemudian, sebuah lapangan luas di Mojokerto dipenuhi oleh warga yang ingin berobat. Gus Barra dan Mas Dokter Rizal, dengan bantuan para relawan, melayani mereka dengan penuh kesabaran.
"Terima kasih, Gus," ujar seorang ibu muda sambil menggendong bayinya yang sedang sakit. "Berkat Gus Barra, anak saya bisa berobat."
Senyum Gus Barra merekah. Ia merasa bahagia karena bisa membantu meringankan beban masyarakat Mojokerto. Ia bertekad untuk terus berjuang, membela rakyat, dan memperjuangkan hak kesehatan bagi semua.
"Perjalanan ini baru saja dimulai," gumam Gus Barra dalam hati. "Gus akan terus berjuang, membela rakyat Mojokerto, sampai keadilan dan kesejahteraan terwujud."
Penulis DION
Editorial DJOSE